PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA:
SUATU PENGANTAR BAGI PENGELOLA PERPUSTAKAAN
(Diktat Kuliah untuk Jurusan Ilmu Sejarah UNNES, 11/2007)
Oleh: M.Z Eko Handoyo, S.S
I. PENDAHULUAN
1. Perpustakaan Sebagai Sistem Informasi
Banyak orang mendefinisikan bahwa perpustakaan adalah gedung tempat tersimpanya buku, majalah dan bahan pustaka lainnya. Hal tersebut lebih bersifat fisik, padahal perpustakaan adalah suatu lembaga yang menyimpan berbagai ragam informasi yang terdapat dalam berbagai jenis dan bentuk bahan pustaka, baik dalam bentuk tercetak, terekam maupun terpasang dengan tujuan utamanya memberikan layanan informasi kepada penggunanya.
Untuk dapat memberikan layanan yang baik, diperlukan suatu sistem pengelolaan bahan pustaka, mulai dari tahap pengadaan, pengolahan sampai ke tahap pelayanannya. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, perpustakaan adalah suatu lembaga yang selalu tumbuh dan berkembang. Koleksinya makin lama makin bertambah jumlahnya. Untuk memudahkan mencari kembali, diperlukan suatu sistem temu kembali yang handal dan sistematis.
Salah satu sarana temu kembali informasi di perpustakaan adalah “katalog”. Melalui katalog pemakai dapat mencari bahan pustaka yang diinginkan secara cepat dan tepat. Melalui katalog inilah pemakai dapat mencari informasi melalui,
M pengarang
M judul dan juga
M subjek.
Di perpustakaan yang menganut sistem layanan terbuka (open access), pemakai dapat langsung menelusur koleksi (buku) ke rak atau jajaran koleksi yang lazimnya disusun berdasarkan subjek dengan menggunakan bagan klasifikasi.
Alur Pengolahan Bahan Pustaka di Perpustakaan:
Dokumen Dokumen Terpilih
MASUKAN (input)
JAJARAN KOLEKSI
Pemakai
LUARAN (output)
Pada sisi masukan, setiap dokumen (istilah untuk semua jenis bahan pustaka) yang masuk ke perpustakaan akan dilakukan pencatatan pada buku inventaris dan dibuatkan katalog (cataloguing). Kemudian bahan pustaka tersebut disimpan dan dijajarkan pada rak-rak koleksi, sedangkan katalognya disusun dalam laci katalog atau datanya disimpan secara elektronis dalam pangkalan data (database). Lazimnya, koleksi disusun di rak berdasarkan subjek dengan menggunakan bagan klasifikasi sebagai patokan. Pendekatan melalui susunan buku di rak ini, hanya merupakan pendeketan tunggal (single approach), yaitu melalui subjek saja. Sedangkan pendekatan melalui katalog, pemakai dapat melakukan penelusuran ganda (multi-approach), yaitu melalui judul bahan pustaka (buku), pengarang atau subjeknya.
Dalam situasi lain, pemakai sebelum mendapatkan bahan pustaka yang diinginkan dapat melakukan penelusuran. Pada perpustakaan dengan “layanan terbuka” (open access), penelusuran dapat dilakukan langsung ke jajaran bahan pustaka atau melalui katalog (wakil dokumen). Namun, jika sistem layanannya adalah “layanan tertutup” (closed access), penelusuran harus dilakukan melalui katalog, kemudian minta bantuan kepada pustakawan untuk mengambilkan koleksi yang diinginkannya.
2. Pengolahan Bahan Pustaka
Perpustakaan adalah lembaga yang hidup (bio-organization) yang koleksinya akan selalu bertambah. Oleh karena itu untuk memudahkan layanan diperlukan sarana mencari kembali (retrieval devices). Salah satu sarana tersebut adalah “katalog” (catalogue). Katalog bagi suatu perpustakaan merupakan wakil ringkas dari koleksi yang dimilki serta menunjukan lokasi (tempat) koleksi tersebut dalam perpustakaan.
Adapun alur kegiatan pengolahan bahan pustaka adalah sebagai berikut:
Pengkatalogan Subjek (isi) Analisis Subjek
II. PENGKATALOGAN
Adalah suatu proses atau kegiatan menyiapkan katalog. Terdapat 2 (dua) kegiatan utama dalam pengkatalogan yaitu pengkatalogan deksriptif dan pengkatalogan subjek. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut:
Deskripsi Bibliografi (8 daerah deskripsi)
P. Deskriptif
Tajuk --à TEU dan TET
Pengkatalogan
Klasifikasi
P. Subjek ---à analisis subjek
Tajuk subjek / Tesaurus
a. Pengkatalogan Deskriptif.
Dalam pengkatalogan deskriptif (descriptive cataloguing) dilakukan kegiatan mengidentifikasi dari ciri-ciri fisik suatu bahan pustaka (dokumen). Kegiatan ini lazim juga disebut dengan istilah “Deskripsi Bibliografis”. Paling tidak terdapat 8 (delapan) daerah ciri fisik yang dideskripsikan dalam katalog, yaitu;
· Judul dan penanggung jawab
· Edisi
· Data khusus
· Tempat terbit, penerbit dan tahun terbit
· Deskripsi fisik
· Seri
· Catatan
· Nomor standard seperti ISBN, ISSN
Termasuk dalam kegiatan pengkatalogan deskriptif adalah menentukan “titik pendekatan” (access points) atau tajuk (heading). Kegiatan ini amatlah penting karena melalui tajuk yang ditentukan pemakai akan dapat mendekati koleksi tersebut. Pada umumnya titik pendekatan adalah “penanggung jawab”, yaitu orang atau badan korporasi (lembaga) yang bertanggung jawab terhadap isi suatu karya. Namun demikian, sesuai dengan pedoman pengkatalogan, jika access points tidak pada penanggung jawab, maka ditetapkan pada “judul” karya tsb. Tajuk entri tersebut terdiri dari dua jenis yaitu Tajuk Entri Utama (TEU) dan Tajuk Entri Tambahan (TET). Sebagai contoh, bila suatu karya ditetapkan TEU-nya pada pengarang, maka TET-nya adalah pada judul. Sebaliknya bila TEU pada judul, maka TET-nya pada editor (kasus untuk karya yang ada editornya), atau pada penerjemah untuk karya terjemahan.
Sedangkan dalam kegiatan deskripsi bibliografi maupun kegiatan penentuan access point digunakan berbagai pedoman, antara lain adalah AACR (Anglo-American Cataloging Rules). AACR merupakan peraturan pengkatalogan yang paling populer digunakan secara internasional. Perpustakaan di Indonesia adakalanya menggunakan AACR versi aslinya atau pedoman Peraturan Katalogisasi Indonesia yang merupakan adaptasi dari AACR dengan beberapa penyesuaian.
b. Pengkatalogan Subjek
Dalam pengkatalogan subjek (subject cataloguing) dilakukan kegiatan identifikasi ciri-ciri isi suatu dokumen (bahan pustaka). Dalam hal ini yang diteliti adalah isi bahan pustaka tersebut, mengenai apa, atau apa masalah yang dibahas di dalamnya. Jika dibandingkan dengan pengkatalogan deskriptif, pengkatalogan subjek memerlukan penguasaan ilmu pengetahuan, karena kegiatannya berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan, disamping bahasa bahan pustaka tsb. Untuk dapat menetapkan subjek dengan tepat, akurat dan taat azas pengkatalog harus melakukan kegiatan Analisis subjek (AS). Analisis subjek akan menghasilkan satu atau beberapa subjek dalam bentuk bahasa alamiah (natural language). Kemudian untuk kepentingan pengindeksan harus dilakukan penerjemahan ke dalam bahasa indeks (index language). Bahasa indeks yang dimaksud dapat berupa lambang, kode, simbol atau kata dan istilah. Lambang, kode dan simbol yang mewakili subjek disebut dengan “notasi” (notation), sedangkan kata atau istilah yang mewakili subjek disebut tajuk subjek (subject headings) atau deskriptor (descriptors) pada tesaurus (thesaurus).
Jika notasi hanya terdiri dari satu jenis lambang saja, misalnya hanya terdidiri dari angka atau huruf saja maka disebut dengan “notasi murni” (pure notation). Bila terdiri dari gabungan antara angka dan huruf atau dengan lambang disebut dengan notasi camputan (mixed notation). Sebagai contoh notasi dalam bagan DDC (Dewey Decimal Classification) terdiri dari notasi murni yang hanya terdiri dari angka, sedangkan notasi pada LCC (Library of Congress Classification) memiliki ciri-ciri notasi campuran, yaitu terdiri dari huruf dan angka. Selanjutnya dalam buku kerja ini akan banyak membahas tentang notasi-notasi yang terdapat pada DDC.
III. ANALISIS SUBJEK
Adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menetapkan subjek bahan pustaka. Dalam sebuah bahan pustaka terdapat pokok soal yang dibahas. Namun dalam pembahasanya sering tidak fokus pada satu subjek tertentu, kadangkala juga membicarakan banyak hal. Dalam hal ini seorang analis subjek harus pandai memilih dan memilah subjek yang paling dominan untuk mewakili bahan pustaka tersebut dalam katalog. Misalnya buku dengan judul “Kamus pendidikan” subjeknya adalah “pendidikan”, sedangkan kamus adalah bentuknya. Buku “Sejarah pertanian di
Dengan kata lain analisis subjek merupakan proses meneliti, mengkaji dan menyimpulkan isi yang dibahas dalam suatu bahan pustaka. Setelah ditentukan subjeknya melalui analisis, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa indeks, yaitu klasifikasi DDC, Tajuk Subjek atau Tesaurus. Seorang penganalisis subjek disamping menguasai bahasa buku yang diolah, dituntut juga memiliki wawasan pengetahuan yang luas tentang subjek-subjek ilmu pengetahuan, meskipun tidak rinci. Di banyak perpustakaan yang melalukan kegiatan analisis subjek disebut “pakar subjek” (subject specialists).
Pada dasarnya suatu bahan pustaka terdiri dari 3 (tiga) unsur yang membentuk satu kesatuan konsep subjek, yaitu :
1. Disiplin ilmu
Disiplin ilmu adalah kajian bidang ilmu pengetahuan yang mempunyai objek serta metodologi. Contoh: IPA, IPS, Psikologi, Teknologi, Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, Ilmu Sejarah, Biologi, Fisika, dsb.
2. Fenomena
Topik atau objek yang dikaji dan dibahas oleh disiplin ilmu. Contoh: judul buku “Psikologi Remaja” yang terdiri dari:
Analisis subjek: Psikologi = Disiplin Ilmu
Remaja = Fenomena
3. Bentuk
Bentuk adalah wadah, media dan sistematika penyajian subjek bahan pustaka. Bentuk penyajian ini tidak mengubah subjek. Misalnya: kamus, bibliografi, statistik, laporan tahunan, dsb. Contoh: judul buku “Kamus Istilah Perbankan”
Analisis subjek: Ilmu ekonomi = Disiplin ilmu
Perbankan = Fenomena
Kamus = Bentuk
Jika dilhiat dari sudut pandang jenis subjeknya, bahan pustaka dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) jenis yaitu:
1. Subjek Dasar
Bahan pustaka yang isinya hanya mencakup satu disiplin ilmu dasar saja, misalnya Pengantar Ilmu Sejarah, Pengantar Ilmu Hukum, Pengantar Ilmu Manajemen.
2. Subjek Sederhana
Bahan pustaka yang isinya hanya mencakup satu disiplin ilmu dasar disertai dengan satu ciri pembagian ilmu. Misalnya Pengantar Ilmu Hukum Adat Pengantar Ilmu Manajemen Perusahaan.
3. Subjek Majemuk
Bahan pustaka yang isinya hanya mencakup satu disiplin ilmu dasar disertai lebih dari satu faset atau satu ciri pembagian ilmu. Misalnya Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Pengantar Sejarah Jawa, Pengantar Ilmu Manajemen Perusahaan Perhubungan
4. Subjek Kompleks
Bahan pustaka yang isinya hanya mencakup lebih dari satu disiplin ilmu. Misalnya Pengaruh harga minyak terhadap ekonomi Indonesia, Dampak Tsunami terhadap pendidikan di Aceh. Bahasa arab untuk jamaah haji
Dalam hal subjek kompleks ini utamakanlah subjek yang dominan dibicarakan atau yang dipengaruhi atau yang menggunakan disiplin tertentu. Dari contoh tersebut tentukn pada subjek Ekonomi, Pendidikan, Bahasa Arab (Bukan pada Harga minyak, Tsunami atau Haji.)
IV. KLASIFIKASI
1. PENGERTIAN
Pada umumnya dalam kehidupan sehari-hari orang telah melakukan kegiatan klasifikasi, misalnya pedagang buah-buahan, mengelompokkan dagangannya menurut jenis buah-buahan, misalnya jeruk, mangga, apel atau durian, masing-masingnya dikelompokkan menurut jenis buah-buahan tsb. Begitu juga dengan pedagang pakaian, menyusun dagangannya menurut kelompok atau jenis pemakainya, misalnya pakaian anak-anak, pakaian remaja, pakaian pria, pakaian, agama, dsnya. Di rumah, seperti di dapur, ibu-ibu menata alat-alat dapur sedemikian rupa, misalnya sendok, garpu, piring, panci dsbnya ditata terpisah satu sama lain. Di sekolah peserta didik dibagi beberapa kelas, misalnya klas I, klas II, klas III dstnya. Semua kegiatan tersebut sudah termasuk pengklasifikasian (klasifikasi). Klasifikasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mengelompokkan sesuatu yang sama dan sekaligus memisahkan dari yang tidak sama dengan tujuan untuk:
· Memudahkan menyimpanan
· Memudahkan pencarian kembali
· Indah dipandang mata
Bahan pustaka dapat dikelompokkan (diklasifikasi) menurut ciri-ciri fisiknya, seperti bentuk buku, majalah, surat kabar, laporan, warna sampul, tebal-tipis, ukuiran tinggi, pengarang, proyek, nomor induk, tahun terima, dsb yang lazim disebut “klasifikasi artifisial”. Tetapi di perpustakaan umumnya dilakukan pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri isi (subjek) yang lazim disebut “klasifikasi fundamental. Di samping itu, kebanyakan perpustakaan menyusun koleksinya di rak menganut sistem penempatan relatif (relative location), koleksi disusun berdasarkan notasi (nomor klasfikasi), mulai dari kelas 000, 100, 200 dstnya, dari arah kiri ke kanan. Susunan bersifat relatif, artinya susunan tersebut secara luwes akan bergeser ke kiri atau ke kanan bila ada koleksi baru masuk.
Untuk dapat mewujudkan cara penyimpanan dan penyususnan koleksi perpustakaan, para pakar ilmu perpustakaan (pustakawan) telah menciptakan berbagai bagan klasifikasi. Paling tidak saat ini terdapat 3 (tiga) bagan klasifikasi yang banyak dipakai, yaitu
Þ Dewey Decimal Classification (DDC, 1876)
Þ Universal Decimal Classification (UDC, 1899)
Þ Library of Congress Classification (LCC, 1899).
Ciri-ciri bagan klasifikasi yang baik antara lain:
· Universal (universal), mencakup semua ilmu
· Mutaakhir (up to date), selalu diperbaharui dan direvisi
· Mudah (user friendly) menggunakannya
· Murah (economics) harganya
· Luwes (flexible), dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
· Banyak digunakan (well-known), akan memudahkan jaringan
2. TUJUAN
Di atas telah diuraikan alasan dan keuntungan klasifikasi, namun secara khusus tujuan klasifikasi di perpustakaan adalah:
· Memudahkan pengolahan
· Memudahkan penyimpanan
· Memudahkan mencari kembali
· Meinformasikan subjek-subjek yang dimiliki
· Memperlihatkan keseimbangan antar subjek
· Menghemat tempat penyimpanan
· Memberikan gambaran umum cakupan ilmu pengetahuan
3. PEDOMAN PRAKTIS ANALISIS SUBJEK
Untuk melakukan analisis subjek dapat dilakukan melalui :
· Judul, seringkali melalui judul saja suatu dokumen sudah dapat ditentukan subjeknya.
· Daftar isi, adakalanya dengan melihat daftar isi suatu dokumen sudah diketahui subjeknya.
· Daftar bacaan atau bibliografi yang digunakan oleh pengarang untuk menyusun karya tersebut.
· Membaca pendahuluan dari bahan pustaka tersebut.
· Membaca sebahagian atau keseluruhan isi karya tersebut.
· Sarana bibliografi atau sumber rujukan, seperti : bibliografi, katalog, tinjauan buku.
· Menanyakan pada pakar, yaitu orang yang dianggap ahli dalam subjek tsb.
4. PRINSIP KLASIFIKASI
Pada prinsipnya mengklasifikasikan bahan pustaka harus sesuai dengan keinginan pengarangnya. Namun demikian berikutnya diberikan beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman dalam penentukan notasi, yaitu:
· Kelaskan suatu karya, pertama menurut subjeknya kemudian diikuti bentuk penyajiannya kalau perlu. Contoh:
Kamus istilah koperasi à klas 334.03
334 = Koperasi (sebagai subjek)
-03 = Kamus (bentuk penyajiannya)
· Kelaskan pada suatu subjek yang lebih khusus (spesifik). Contoh:
Mengenal matahari kita à klas 523.7 pada “Matahari”(khusus) tidak pada klas 520 à Astronomi (umum)
· Apabila suatu dokumen memiliki 2 subjek atau lebih kelaskan pada subjek yang paling dominan. Contoh:
Dasar-dasar fisika dan kimia,
pilih antara klas 530 atau 540, ambil yang dominan
· Apabila subjek spesifik terlalu banyak, maka pilih subjek umumnya. Contoh:
Mengenal fauna Indonesia, di dalamnya terdapat berbagai jenis
binatang, maka kelompokkan pada “binatang atau zoologi” tidak
pada masing-masing binatang tsb. klas 590 atau 636
· Apabila subjek dokumen mempengaruhi subjek yang lain, maka pilih subjek yang dipengaruhi. Contoh :
Pengaruh agama Hindu pada agama Islam, masukkan dalam
Islam klas 2X0 atau 297 bukan Hindu klas 294.5
· Apabila salah satu subjek digunakan sebagai alat membahas subjek lain, maka pilihlah subjek yang menggunakan alat tersebut. Contoh:
Pelajaran bahasa Inggris melalui televisi. Masukkan dalam klas
bahasa Inggris klas 420 bukan televisi klas 384.5
· Apabila suatu karya memiliki subjek yang disajikan untuk kepentingan pemakai bidang tertentu/(kelompok tertentu) maka kelaskan pada subjek yang disajikan.
Kursus bahasa Arab untuk jamaah haji. Masukkan dalam klas
bahasa Arab klas 492.7 bukan haji klas 2X4.1
5. KLASIFIKASI DDC (Dewey Decimal Classification)
1. Sejarah Singkat
Klasifikasi Persepuluhan Dewey (selanjutnya disingkat DDC) adalah hasil karya Melvil Dewey (1851-1931), seorang pustakawan di Ambers College, Massachusset Amerika Serikat. Tahun 1876 ia menerbitkan DDC edisi pertama dengan judul “A Classification and Subject index for cataloging and arranging the book and pamphlet of a library”. Pada terbitan tersebut hanya terdiri dari 42 halaman yang berisi 12 halaman pendahuluan, 12 halaman bagan dan 18 halaman indeks. DDC terus menerus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Tahun 2003 telah terbit edisi ke 22. Di samping edisi lengkap DDC juga tersedia dalam bentuk “edisi ringkas.” Edisi ringkas dimasudkan untuk digunakan pada perpustakaan yang memiliki koleksi kurang dari 20.000 judul.
Kelestarian DDC tetap terus terjaga karena ada sebuah lembaga yang mengawasinya yaitu: The
Untuk menampung keluhan terhadap DDC yang agak Amerika, Kristiani, Bahas Inggris dan Sastra Amerika, dsbnya, DDC menyediakan pilihan (optional) yang dapat dipertimbangkan oleh pengguna DDC. Di Indonesia misalnya klas 2X0 (Islam) - tetapi banyak perpustakaan yang tetap menggunakan klas 297 untuk subyek Islam, 410 (Bahasa Indonesia) dan 810 (Sastra Indonesia) adalah contoh memanfaatkan opsi yang diberikan DDC.
Saat ini DDC digunakan lebih 135 negara di dunia dan telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 30 bahasa. Di Indonesia DDCsangat populer penggunaannya, hampir semua perpustakaan di
Secara umum DDC terdiri dari 3 (tiga) komponen utama yaitu:
· Bagan (schedules)
· Indeks relatif (index relatives)
· Tabel-tabel (tables)
2. Bagan (Schedules)
Bagan merupakan batang tubuh DDC. Di dalam bagan ini semua ilmu disusun sedemikian rupa dan diberi kode angka yang disebut dengan notasi. Notasi dalam bentuk angka yang terdiri dari tiga angka. Apa bila terdapat lebih dari 4 angka, maka antara angka ke tiga dan ke empat diberi titik (.) contoh 332.1 (Bank dan perbankan). Dengan prinsip desimal, DDC memberikan tiga ringkasan yang terdiri dari :
· 10 klas utama
· 100 divisi
· 1000 seksi dari bagan utama
Bila diinginkan masing-masing seksi dibagi pula secara desimal pada
beberapa sub-seksi.
a. Klas utama (10 ringkasan pertama)
000 karya umum
100 Filsafat & Psikologi
200 Agama
300 Ilmu-ilmu sosial
400 Bahasa
500 Ilmu-ilmu murni dan matematika
600 Ilmu-ilmu terapan (Teknologi)
700 Kesenian, hiburan, olahraga
800 Kesusasteran
900 Geografi, Biografi dan Sejarah
b. Divisi (100 ringkasan kedua)
Setiap kelas utama dibagi secara desimal menjadi sub klas yang disebut “devisi” (100 ringkasan kedua)
Contoh : Misalnya diambil dari klas 300 (Ilmu-ilmu sosial) :
300 Ilmu-ilmu sosial
310 Statistik umum
320 Ilmu politik
330 Ilmu ekonomi
340 Ilmu hukum
350 Administrasi negara (Pemerintahan), Ilmu militer
360 Layanan sosial, Asosiasi
370 Pendidikan
380 Perdagangan, Komunikasi dan Pengankutan
390 Adat istiadat, Etiket dan Foklore
c. Seksi (1000 ringkasan ketiga)
Kemudian divisi ini dibagi menjadi 10 sub-divisi yang disebut ‘seksi’ (1000 ringkasan ke tiga)
Contoh : Misalnya diambil divisi klas 370 “Pendidikan”
370 Pendidikan
371 Sekolah
372 Pendidikan dasar
373 Pendidikan lanjutan
374 Pendidikan orang dewasa
375 Kurikulum
376 [tidak digunakan lagi]
377 [tidak digunakan lagi]
378 Pendidikan tinggi
379 Pendidikan dan negara
Selanjutnya dapat lagi dibagi secara desimal apabila dikehendaki.
Contoh : Misalnya diambil seksi klas 371 “sekolah”.
371 Sekolah
371.1 Pengajaran dan para pengajar
371.2 Administrasi dan manajemen sekolah
371.3 Metode mengajar dan belajar
371.4 Bimbingan dan penyuluhan
371.5 Disiplin sekolah
371.6 Sarana fisik (seperti; gedung, peralatan, laboratorium)
371.7 Kesehatan dan keamanan sekolah
371.8 Siswa
371.9 Pendidikan khusus atau Sekolah luar biasa
Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa semakin khusus suatu subjek, semakin panjang notasinya.
3. Indeks Relatif
Untuk membantu mencari notasi suatu subjek dalam klasifikasi, DDC menyediakan “Indeks relatif”. Dalam indeks relatif ini terdapat sejumlah istilah yang disusun secara abjad. Istilah-istilah tersebut mengacu ke notasi yang terdapat dalam bagan. Dalam indeks ini terdaftar juga sinonim untuk suatu istilah, hubungan-hubungan dengan subjek lain. Namun demikian tidak boleh menentukan klasifikasi berdasarkan indeks saja. Setelah notasi ditemukan dalam indeks, seharusnya diperiksa dalam bagan atau tabel.
Contoh indeks untuk subjek “Pendidikan” adalah sebagai berikut:
Pendidikan 370
Adminitsrasi 371.2
Departemen 353.8
Etika 370.1
Hukum 344. 07
Subsidi 379
Dengan demikian untuk “pendidikan” terdapat sejumlah notasi yang dapat mewakili subjek tsb dan tergantung pada aspek yang dibahas. Kalau pendidikan secara umum notasinya klas 370, yang terkait dengan subsidi adalah klas 379, pemerintahan klas 353.8 dan undang-undang pada klas 344.07.
Di samping melalui indeks relatif, pengguna DDC dapat pula mencari notasi secara langsung dan bertahap mengikuti tahap ringkasan yang ada. Pertama-tama tentukan klas utama (lihat ringkasan pertama) subjek tersebut. Kemudian dari klas utama yang dipilih tentukan divisinya (lihat ringkasan kedua). Apabila divisinya telah ditemukan tentukan seksi (lihat ringkasan ketiga). Jika tidak tersedia ringkasan ke tiga, maka langsung lihat ke dalam bagan. Contoh: “Penyakit Malaria”
à Klas 600 à Divisi 610 à Seksi 616 à Sub-seksi 616.9, dstnya.
Indeks relatif mengacu kepada notasi yang terdapat dalam bagan atau pada notasi yang terdapat dalam tabel yangdiberidengan kodeT1, T2.
Contoh : Indonesia T2 -598 à lihat dalam Tabel 2
Kamus T1 -03 à lihat dalam Tabel 1
Koperasi 334 à lihat dalam Bagan
4. Tabel-Tabel
Untuk memperluas dan mengkhususkan suatu klasifikasi bahan pustaka dalam DDC terdapat notasi “tabel-tabel” yang dapat ditambahkan pada notasi dalam bagan. Dalam DDC terdapat 7 tabel yaitu :
· Tabel Subdivisi standar (T1)
· Tabel Wilayah (T2)
· Tabel Bentuk Sastra (T3)
· Tabel Bentuk Bahasa (T4)
· Tabel Ras, Suku, Rtnik dan Kebangsaan (T5)
· Tabel Bahasa (T6)
· Tabel Orang / profesi (T7) à ini tidak dimuat dalam edisi terjemahan.(Dalam
edisi 22 (2003) Tabel 7 tidak lagi dimunculkan secara tersendiri.)
Notasi yang terdapat pada masing-masing tabel tidak pernah berdirisendiri, tetapi selalu ditambahkan pada notasi yang terdapat dalam bagan.
Cara penambahan notasi tabel dengan notasi bagan adalah sebagai berikut :
1). Tabel Subdivisi Standar (T1)
Tabel 1 (T1) bertujuan untuk menjelaskan bentuk suatu karya, misaalnya bentuk kamus, penelitian, organisasi, sejarah, dsbnya. Cara penggunaan T1 adalah sebagai berikut:
a. Tidak ada perintah
Apabila tidak ada perintah/contoh dalam bagan, maka notasi bagan dapat ditambah langsung dengan notasi T1.
Contoh : “Penelitian Sekolah Dasar pada klas à 372. 072
372 = Sekolah Dasar (bagan)
-072 = Penelitian (T1)
b. Sudah terdaftar
Dalam kasus tertentu notasi subdivisi standar, sudah tercantum dan bergabung pada bagan.
Contoh : Kamus filsafat pada klas à 103 - (terdaftar)
c. Perintah menggunakan lebih dari satu nol
Untuk menghindari duplikasi makna notasi, dalam DDC adakalanya diharuskan penggandaan nol untuk penambahan T1
Contoh : Majalah perternakan pada klas à 636.005
636 = Perternakan (bagan)
-005 = Penelitian (T1)
d. Dilarang menggunakan
Adakalanya T1 tidak boleh ditambahkan pada notasi bagan.
Contoh : Filsafat kurikulum tetap pada klas è 375 bukan klas
375.01 (karena pada klas 375 dilarangan menggunakan subdivisi
standar (T1)
Catatan : Dalam edisi lengkap tidak ada larangan menggunakan T1, tetapi terdapat instruksi menggunakan tiga nol (000) atau empat nol (0000) antara notasi bagan dengan notasi T1
2). Tabel Subdivisi Wilayah (T2)
Tabel 2 (T2) disediakan DDC untuk menambahkan aspek tempat pada subjek tertentu. Misalnya “SMU di Aceh” mendapat notasi 373.5981. yang terdiri dari notasi 373 (bagan) = SMU dan notasi -5981 adalah wilayah Sumatera (T2) dan Aceh termasuk Sumatera. Lengkapnya cara penggunaan T2 adalah sebagai berikut:
a. Tidak instruksi penggunaan T2
Apabila pada bagan tak ada perintah khusus mengenai penggunaan T2 ini, maka sebelum menggunakan tabel 2 harus diawali dengan –09 sebagai interposisi wilayah dari T1.
Rumus: à Notasi Bagan + --09 + Notasi T2
Contoh : Perkembangan bank di Bali à 332.109 598 6
332.1 = Bank dan perbankan (bagan)
--09 = Interposisi wilayah (T1)
--5986 =
b.
Apabila terdapat instruksi untuk penambahan notasi T2 langsungpada subjek, maka tidak perlu menggunakan interposisi –09.
Rumus : à Notasi bagan + Notasi T2
Contoh : Pendidikan tinggi di Meksiko à 378.72
378 = Pendidikan tinggi (bagan)
--72 = Mesksiko (T2) (tanpa –09)
3). Tabel Subdivisi Kesusasteraan (T3)
Notasi T3 ini hanya digunakan untuk klas 800 (kesusasteraan) dan dapat ditambahkan langsung. Rumus : à Notasi bagan + Notasi T3
Contoh : Fiksi Belanda à 839.33 =
839.3 = Kesusasteraan Belanda
--3 = Fiksi (T3)
Salah asuhan (fiksi Indonesia) à 813
4). Tabel Subdivisi Bentuk Bahasa (T4)
Tabel T4 ini hanya digunakan untuk klas 400 (bahasa) dan ditambahkan langsung. . Rumus : à Notasi bagan + Notasi T4
Contoh : Tata bahasa Arab à 492.75 =
492.7 = Kesusasteraan Arab (bagan)
--5 = Tata Bahasa (T4)
Pengantar tata bahasa Indonesia à 415
5). Tabel Subdivisi Ras, Etnik dan Bangsa (T5)
Notasi T5 ini digunakan untuk subjek yang dikaitkan dengan aspek ras, etnik, tertentu. dsbnya. Apabila tidak ada perintah dalam bagan untuk menggunakannya secara langsung, maka sebelum menggunakan notasi T5 harus diawali dengan interposisi - 089 (T1)
Rumus : à Notasi bagan + --089 + Notasi T5
Contoh : Masakan Cina = 641.5.089 951
641.5 = Masakan (Bagan)
--089 = Aspek Ras (T1)
--951 = Orang Cina (T5)
Musik rakyat Madura = 781.60891
781.6 = Musik rakyat (bagan)
--089 = Aspek Ras (T1)
--1 = Orang
6). Tabel Bahasa (T6)
Tabel 6 (T6) disediakan untuk menambah jenis bahasa tertentu pada subjek tertentu. Penggunaannya sangat terbatas dandigunakan hanya kalau ada instruksi.
Rumus : à Notasi bagan + Notasi T6
---------------------------------
Notasi bagan + Notasi T4 + Notasi T6
Contoh : Terjemahan AlQur’an dalam bahasa Perancis à 2X1. 241
2X1.2 = Terjemahan al Qur’an (bagan)
--41 = Bahasa Perancis (T6)
Kamus Inggris - Jepang à 495.6321
495.6 = Bahasa Jepang (bagan)
--3 = Kamus (T4)
--21 = Bahasa Inggris (T6)
5. Prinsip “Tambahkan Pada …” (add to.. )
Dalam DDC adakalanya perluasan notasi tidak diambil dari notasi tabel (T1 - T7), tetapi diperluas dengan mengambil sebahagian atau seluruh dari notasi bagan lain.
Dalam DDC edisi ringkas hal ini tidak banyak ditemukan, tetapi dalam DDC edisi lengkap sering ditemukan. Cara ini sering disebut dengan istilah ”tambahkan pada..” atau “bagi seperti...”. Sebagai contoh subjek “botani” dan “zoologi” dapat dibagi seperti pembagian yang dilakukan untuk subjek “biolog”à klas 574.
Rumus à Notasi bagan + Notasi bagan sebahagian atau seluruhnya
Contoh : Ekologi tumbuh-tumbuhan à 581.5
581 = Botani (tumbuh-tumbuhan) (bagan)
5 = Ekologi dari 574.5 (bagan)
Fisiologi hewan à 591.1
591 = Zoologi (bagan)
1 = Fisiologi dari 574.1 (bagan)
Bibliografi pendidikan à Klas 016.37
Analisis : 016 = Bibliografi (bagan)
37 = Pendidikan dari 370 (bagan seluruhnya). Angka 0 di
belakang 37 dihilangkan karena setelah 3 angka tidak
ada angka nol (0) paling akhir notasi
6. Kebijakan Klasifikasi
1). Dalam penggunaan DDC pengatalog dapat mengambil kebijakan sesuai dengan kebutuhan dan tenaga yang dimiliki perpustakaan. Pustakawan dapat membuat kebijakan misalnya:
¨ Hanya menggunakan bagan, tanpa tabel sama sekali
¨ Bagan yang digunakan hanya pada Klas utama, atau Divisi atau Seksi, dstnya.
¨ Untuk klas tertentu sangat rinci sampai ke sub-seksi, sedangkan subjek yang tidak banyak koleksinya pada Klas utama atau Divisi saja.
¨ Menggunakan Bagan dan Tabel secara terpilih
¨ Menggunakan Bagan dan Tabel dan mengikuti Prinsip Tambahkan.
2). Apabila memiliki DDC edisi terbaru, jika memungkinkan sebaiknya dilakukan “klasifikasi ulang” (reclassification). Jika tidak mungkin hanya koleksi baru dengan DDC baru, dan dibuatkan acuan atau penunjukan kalau ada notasi yang mengalami perubahan atau penambahan.
3). Terhadap opsi (pilihan) yang terdapat dalam edisi bahasa Indonesia, pustakawan dapat mempertimbangkan untuk mengikutinya atau tidak. Meskipun Perpustakan Nasional RI adalah penggagas notasi Islam 2X0, tetapi dalam pengolahan diPerpustakaan Nasional tetap menggunakan Klas 297 untuk agama Islam.
4). Khusus untuk buku-buku mengenai “Biografi” notasi 920 dapat diganti dengan huruf B dan mengenai “Fiksi” (novel) dengan huruf F.
5). Tanda baca kurung siku ([ ]) dalam DDC berarti notasi yang ada didalamnya sudah tidak digunakan lagi, contoh [778.1]. Sedangkan tanda baca kurung biasa (( )) sebaiknya tidak digunakan, contoh (-016) pada T1.
6). Apabila dalam melakukan analisis subjek atau mementukan notasi terdapat keragu-raguan, sebaiknya dimusyawarahkan antar pustakawan untuk menentukan subjek atau notasi bahan pustaka tsb.
7). Kesalahan dalam analisis subjek akan berakibat kesalahan dalam menentukan notasi. Selanjutnya akan terjadi kesalahan dalam penyimpanannya di perpustakaan. Untuk perpustakaan dengan layanan sistem terbuka (open access) kesalahan tsb berakibat fatal, pemakai tidak akan menemukan buku yang dicarinya, karena salah tempat.
DAFTAR PUSTAKA
Batty, C.D.
An introduction to the nieneteenth edition of the Dewey Decimal Classification. - -
Dewey, Melvil, 1851-1931
Dewey Decimal Classification and relative index.—20th, 21st, 22rd ed.--
Nedham, C.D.
Organizing knowledge in libraries. - - 2nd ed. –
Somadikarta, L.K.
Dasar-dasar analisi subjek untuk pengindeksan subjek dokumen. –
Wynar, Bohdan S.
Introduction to cataloging and Classification. - - 6th ed. - -
Lampiran
I. BAGAN DDC
000 UMUM
004 Pengolahan Data dan Komputer
010 Bibliografi
020 Ilmu Perpustakaan dan Ilmu Informasi
030 Ensiklopedia Umum
031 Ensiklopedia Umum
050 Penerbitan Berseri (Majalah) dan Indeksnya
051 Majalah Umum dan Bahasa Indonesia
060 Organisasi Umum dan Ilmu Permusiuman
061 Organisasi Umum di Indonesia
070 Jurnalistik, penerbitan dan
071 Surat Kabar di Indonesia
080 Koleksi Umum
081 Koleksi Umum dan Bahasa Indonesia
090 Manuskrip dan Buku langka
100 FILSAFAT, PSIKOLOG, PARANORMAL DAN OKULTISME
110 Metafisika
120 Epistimologi
130 Paranormal
140 Pandangan filsafat tertentu
150 Psikologi
160 Logika
170 Etika
180 Filsafat kuno, Filsafat timur
190 Filsafat Barat Moderen
200 AGAMA
2X0 Agama Islam
2X1 Al Qur’an
2X2 Hadits
2X3 Aqaid Ilmu Kalam
2X4 Fikih (Hukum Islam)
2X5 Akhlak dan Tasauf
2X4 Sosial dan Budaya Islam
2X7 Filsafat dan Perkembangan Islam
2X8 Aliran dan Sekte dalam Islam
2X9 Sejarah Islam dan Biografi
210 Agama alamiah
220 Injil, Alkitab
230 Doktrin Agama Kristen
240 Moral Kristen
250 Gereja Kristen setempat
260 Teologi Kristen
270 Sejarah Gereja
280 Gereja Kristen
290 Agama – agama lain
291 Perbandingan Agama
294.3 Agama Budha
.5 Agama Hindu
300 ILMU-ILMU SOSIAL
310 Statistik umum
320 Ilmu politik
330 Ilmu ekonomi
340 Ilmu hukum
350 Administrasi negara (Pemerintahan), Ilmu militer
360 Layanan sosial, Asosiasi
370 Pendidikan
371 Sekolah
372 Pendidikan dasar
373 Pendidikan lanjutan
374 Pendidikan orang dewasa
375 Kurikulum
376 Pendidikan wanita
377 Sekolah agama
378 Pendidikan tinggi
379 Pendidikan dan negara
380 Perdagangan, Komunikasi dan Pengankutan
390 Adat Istiadat, Etiket dan Foklore (Cerita Rakyat)
400 BAHASA
410 Bahasa Indonesia
411 Sistem tulisan dan fonologi bahasa
412 Etimologi bahasa Indonesia
413 Kamus bahasa Indonesia
415 Tata bahasa Indonesia
417 Bahasa Indonesia bukan standar (
418 Pemakaian bahasa
419 Bahasa-bahasa daerah
420 Bahasa inggris
430 Bahasa Jerman
439.3 Bahasa Belanda
440 Bahasa Perancis
450 Bahasa Italia
460 Bahasa Spanyol dan
470 Bahasa Latin
480 Bahasa Yunani klasik
490 Bahasa-bahasa lain
492.7 Bahasa Arab
495.1 Bahasa Cina
495.6 Bahasa Jepang
500 ILMU PENGETAHUAN MURNI DAN MATEMATIKA
510 Matematika
520 Astronomi
530 Fisika
540 Kimia
550 Geologi
560 Palaentologi
570 Biologi
580 Botani
590 Zoologi
600 TEKNOLOGI (ILMU TERAPAN)
610 Ilmu Kedokteran dan Pengobatan
620 Teknik
630 Pertanian, Peternakan, Prikanan dan Kehuatanan
640 Kesejahteraan keluarga
650 Manajemen
660 Teknololgi Kimia
670 Manufaktur (perindustrian)
680 Manufaktur (pabrik-pabrik aneka ragam)
690 Gedung (bangunan)
700 KESENIAN, MUSIK DAN OLAH RAGA
710 Tata kota dan pertamanan
720 Arsitektur
730 Seni plastik, seni pahat, patung
740 Menggambar dan seni dekoratif
750 Melukis dan lukisan
760 Seni grafika
770 Fotografi dan foto
780 Musik
790 Rekreasi, pertunjukan, dan olahraga
800 KESUSASTERAAN
810 Kesusasteraan Indonesia
811 Puisi Indonesia
812 Drama
813 Fiksi Indonesia
814 Esai Indonesia
815 Pidato Indonesia
816 Surat-surat Indonesia
817 Satir dan Humor
818 Aneka ragam penulisan
819 Kesusasteraan daerah
820 Kesusasteraan Inggris dan Anglo-saxon
830 Kesusasteraan Jerman
839.3 Kesusasteraan Belanda
840 Kesusasteraan Perancis
850 Kesusasteraan Italia
860 Kesusasteraan spanyol dan
870 Kesusasteraan Latin
880 Kesusasteraan Yunani klasik
890 Kesusasteraan lain
892.7 Kesusasteraan arab
895.1 Kesusasteraan Cina
895.6 Kesusasteraan Jepang
900 GEOGRAFI (ILMU BUMI) DAN SEJARAH
910 Geografi umum
912 Atlas, peta
915.98 Geografi Indonesia
915.981 Geografi Sumatera
915.982 Geografi Jawa dan Madura
915.983 Geografi Jakarta
915.984 Geografi Kalimantan
915.985 Geografi Bali , NTB dan NTT
915.986 S Geografi Sulawesi
915.987 Geografi Maluku
915.988 Geografi Irian Jaya (Papua)
916 Geografi Afrika
917 Geografi Amerika Utara dan Kanada
918 Geografi Amerika Selatan
919 Geografi umum bahian dunia lainnya dan pulau-pulau Samudera
Pasifik (
920 Biografi (riwayat hidup)
930 Sejarah umum zaman purba (500 SM)
940 Sejarah Eropa
950 Sejarah Asia
959 Sejarah Asia Tenggaran
959.5 Sejarah Malaysia, Sungapura dan Brunai Darussalam
959.8 Sejarah
959.81 Sejarah Sumatra
959.82 Sejarah Jawa dan Madura
959.83 Sejarah Jakarta
959.84 Sejarah Kalimantan
959.85 Sejarah Bali , NTB dan NTT
959.86 Sejarah Sulawesi
959.87 Sejarah Maluku
959.88 Sejarah Irian Jaya (Papua)
959.9 Sejarah Pilipina
960 Sejarah Afrika
970 Sejarah Amerika Utara dan Kanada
980 Sejarah Amerika Selatan
990 Sejarah umum bagian dunia lainnya dan pulau-pulau Samudera Pasifik (
----------
II. TABEL-TABEL DDC
· Tabel Subdivisi Standar (T1)
--01 Filsafat dan Teori
--02 Aneka ragam
--0285 Automasi (Komputerisasi)
--03 Kamus dan Ensiklopedi
--05 Majalah
--07 Pendidikan, kursus
--072 Peneltian
--09 Sejarah
· Tabel Wilayah (T2)
--1 Tempat pada umumnya (Padang Pasir, Sungai, Gunung, dsb)
--3 Tempat-tempat Kuno
--31 Cina Kuno
--32 Mesir Kuno
--39 Dunia Purbakala
--4 Eropa
--5
--59
--598
--5981 Sumatera
--5982 Jawa dan Madura
--5983 Jakarta
--5984 Kalimantan
--5985 Bali , NTB dan NTT
--5986 Sulawesi
--5987 Maluku
--5988 Irian Jaya (Papua)
--6 Afrika
--7 Amerika Utara
--8 Amerika Selatan
--9 Lain-lain, tremasuk Austraila, Selandai Baru
· Tabel Subdivisi Kesusasteraan (T3)
--1 Puisi (sajak)
--2 Drama
--3 Fiksi
--4 Esai
--5 Pidato-Pidato
--6 Surat-Surat
--7 Satire dan Humor
--8 Aneka ragam tulisan
· Tabel Subdivisi Bahasa (T4)
--1 Tulisan, Fonologi, Ejaan
--2 Etimologi
--3 Kamus
--5 Tata Bahasa
--7 Bentuk-bentuk standar bahasa
--8 Linguistik terapan
· Tabel Subdivisi Ras, Etnik dan Bangsa (T5)
--1 Orang Indonesia
--2 Orang Inggris, Australia
--3 Orang Jerman, Swiss, Belanda, Belgia
--4 Orang Prancis
--5 Orang Itali
--6 Orang Spanyol, Portugal
--8 Orang Yunani
--9 Orang Lain-lain
--914 Orang India, Pakistan Banglades dan Srilangka
--915 Orang Iran
--917 Orang Rusia
--92 Orang Arab, Yahudi
--93 Orang Afrika Utara
--94 Orang
--95 Orang Asia Tenggara dan Asia Timur
--96 Orang Afrika
--97 Orang Amerika Utara Asli
--98 Orang amerika Selatan Asli
--992 Orang Malaysia
--9925 Orang Taiwan Asli
· Tabel Bahasa-bahasa (T6)
--1 Bahasa Indonesia
--21 Bahasa Inggris
--31 Bahasa Jerman
--393 Bahasa Belanda
--41 Bahasa Prancis
--51 Bahasa Itali
--61 Bahasa Spanyol
--71 Bahasa latin
--81 Bahasa Yunani
--912 Bahasa Sangkskrti
--917 Bahasa Rusia
--92 Bahasa Semit
--927 Bahasa Arab
--951 Bahasa Cina
--956 Bahasa Jepang
--9921 Bahasa Tagalog
Contoh : Kartu Katalog
DDC
297.4 FIK Fikri, Zainul s Serba-serbi Hukum Islam / oleh Zainul Fikri.— Jakarta : Hikmah Fajar, 2003 195 hal. : il. ; 26 cm I. Judul O
Kartu Utama
Kartu Pengarang
Tajuk Subjek
Serba-serbi Hukum Islam 297.4 FIK Fikri, Zainul s Serba-serbi Hukum Islam / oleh Zainul Fikri.— Jakarta : Hikmah Fajar, 2003 195 hal. : il. ; 26 cm I. Judul O
Kartu Judul
ISLAM 297.4 FIK Fikri, Zainul s Serba-serbi Hukum Islam / oleh Zainul Fikri.— Jakarta : Hikmah Fajar, 2003 195 hal. : il. ; 26 cm I. Judul 1. AKUPUNTUR 2. KESEHATAN O
Kartu Subjek
FIKIH 297.4 FIK Fikri, Zainul s Serba-serbi Hukum Islam / oleh Zainul Fikri.— Jakarta : Hikmah Fajar, 2003 195 hal. : il. ; 26 cm I. Judul 1. FIKIH 2. ISLAM O
Tidak ada komentar:
Posting Komentar